Dibalik 911 : Persekongkolan Jahat Saudi dan Amerika

Dibalik 911 : Persekongkolan Jahat Saudi dan Amerika
by Subbhan A, blogger

U.S. Secretary of State John Kerry speaks during his meeting with Saudi Arabia's Foreign Minister Adel al-Jubeir © Kevin Lamarque / Reuters

U.S. Secretary of State John Kerry speaks during his meeting with Saudi Arabia’s Foreign Minister Adel al-Jubeir © Kevin Lamarque / Reuters

Artikel New York Post minggu ini yang berjudul : Bagaimana Amerika menutupi Peran Saudi dalam peristiwa 9/11, mengungkap dengan jelas bahwa para pejabat top Amerika tidak hanya menutupi keterlibatan petinggi-petinggi Saudi dalam peristiwa paling kotor dalam sejarah modern, tetapi juga membantu mereka untuk lari dari Amerika sesaat setelah peristiwa pengeboman gedung WTC 9/11 terjadi.

“Actually, the kingdom’s involvement was deliberately covered up at the highest levels of our government. And the coverup goes beyond locking up 28 pages of the Saudi report in a vault in the US Capitol basement. Investigations were throttled. Co-conspirators were let off the hook.” (newyorkpost)

Sebuah sumber dari agen Kesatuan Anti Terorism Washington yang dikutip Newyork Post mengatakan bahwa dalam laporan 28 halaman yang disembunyikan oleh pemerintah Amerika Serikat, menyebutkan secara rinci peran pihak2 asing terutama Saudi untuk mendukung operasi pembajakan dan pengeboman gedung WTC 9/11. Laporan yang dibuat dan dikumpulkan oleh CIA/FBI itu juga menyebutkan bantuan resmi dari Saudi terhadap setidaknya 2 pembajak untuk menginap di San Diego.

Sebagai response mencuatnya kasus ini dan membuka keterlibatan Saudi terhadap peristiwa 911, Saudi mengancam Amerika untuk menjual asset Amerika yang dimilikinya senilai 750 milyar dollar yang dapat menyebabkan kejatuhan ekonomi Amerika serikat.  Seperti yang dilaporakan New Tork Times :

Adel al-Jubeir, the Saudi foreign minister, delivered the kingdom’s message personally last month during a trip to Washington, telling lawmakers that Saudi Arabia would be forced to sell up to $750 billion in treasury securities and other assets in the United States before they could be in danger of being frozen by American courts.  (NewYork Times)

Banyak memang analis yang meragukan efektifitas ancaman Saudi (jika mereka benar menjual asset Amerika yang dimiliki), tapi bagaimana tanggapan pemerintahan Obama menghadapi ancaman Saudi terhadap Amerika?

Amerika yang begitu perkasa menghancurkan leburkan Afghanistan dengan tuduhan terlibat 9/11, seakan ketakutan, justru membela Saudi dan menentang rencana Kongres untuk menjatuhkan hukuman dan denda terhadap Saudi atas keterlibatannya dalam peristiwa 9/11. Seperti yang dilansir rt.com :

Obama has said that he doesn’t support the bill, due to the possibility of foreign citizens – presumably victims of US wars and drone strikes – suing the government.

“If we open up the possibility that individuals in the United States can routinely start suing other governments, then we are also opening up the United States to being continually sued by individuals in other countries,” the commander-in-chief said (rt.com)

Menurut logika Obama, jika Amerika memberikan hukuman kepada warga Negara asing (khususnya Saudi), maka itu akan menjadi preseden bagi Negara lain untuk melakukan hal yang sama kepada warga Negara Amerika.

Omong kosong!

Ditengah kepongahan dan ketidak pedulian Amerika yang menghancur leburkan Afghanistan maupun Irak dengan tuduhan terlibat dalam peristiwa 9/11! Apakah pemerintahan Amerika pernah memikirkan keselamatan warga Amerika ketika memborbardir Afghanistan dan Irak, selepas 911?

Walaupun banyak pihak skeptis terhadap rencana pembukaan dokumen ini terutama mengingat pembelaan Obama kepada Saudi, tapi dari kasus ini setidaknya kita dapat mengambil 3 hal pelajaran bahwa :

1. Pemerintah Amerika tidak peduli mengenai nasib warga negaranya. Bahkan ketika pelaku dan sponsor utama peristiwa pengeboman gedung WTC 911 yang merenggut korban jiwa hingga lebih dari 3000 warganya sudah diketahui sejak awal, Pemerintahan Amerika tidak peduli.

Seperti yang dilaporkan RT.com dalam wawancara dengan korban WTC yang berhasil selamat :

We went against Al-Qaeda in Afghanistan because they supported Bin Laden. Why can’t we do the same thing with the Saudis, 9/11 survivor William Rodriguez told RT.

The relatives of 9/11 victims have repeatedly demanded a classified Congressional report known as ‘the 28 pages’ be released, claiming it doesn’t pose a security threat and the truth should not be hidden.

We have been fighting for this release for the last 15 years when the 9/11 Commission was created and after that probably 12 years we’ve been fighting for the release of these 28 pages. And we have not received any indication that it will happen. Why keeping this information secret for so long, when we have been open on all other levels of information about what happened on 9/11 surprises not only the families of the victims and survivors, but many of the people involved in 9/11 commission itself. We are survivors and we are horrified that this has taken this long to try to get to the truth about what really happened on that day. Why the government is keeping this information, whatever interests…? (wawancara Russian Today)

Selama 15 tahun korban selamat dari peristiwa pengeboman WTC 911 meminta kejelasan mengenai apa yang terjadi sebenarnya. Selama itu pula, pemerintahan Amerika menutup-nutupi, dan melindungi actor utama perisitiwa 911.

Mungkin kita harus bertanya, apakah warga Negara Saudi adalah warga Negara kehormatan Amerika Serikat, sehingga Pemerintahan Obama lebih mengkuatirkan nasib mereka?

2. Saudi sejauh ini ikut menopang negara Amerika bahwa mereka memegang asset Amerika senilai 750 milyar dollar amerika. Dan jika Saudi menjual asset beharga ini, akan menyebabkan kekacauan ekonomi, tidak saja bagi Amerika tetapi juga bagi dunia.

Selama ini, kita selalu mendapatkan narasi palsu bahwa Saudi adalah musuh Amerika, bahwa Saudi adalah pembela Islam dan kebanggaan Islam. Fakta ini mengungkap jelas bahwa  sejatinya, Saudi adalah sahabat dekat amerika dan ikut menopan kejayaan Amerika Serikat memerintah dunia selama bertahun-tahun. Jika Saudi berniat menghancurkan Amerika, maka Saudi dapat dengan mudah membuat kekacauan ekonomi Amerika dengan melepas semua asset Amerika yang dimilikinya. Tapi itupun tidak pernah dilakukan.

3.   Yang kita tahu selama ini adalah 15 dari 19 pembajak pelaku peristiwa 9/11 adalah warga Negara Saudi. Laporan yang disembunyikan selama bertahun-tahun oleh Pemerintahan Amerika Serikat adalah peran Saudi dalam peristiwa ini, dan setidaknya membantu 2 dari 19 pembanjak untuk menetap di San Diego.

Serentetan peristiwa yang mengikuti setelah kejadian 9/11 adalah dihancurkannya Negara Afghanistan 2001 dengan dalih menangkap pelaku serangan 9/11. Afghanistan hancur lebur, lebih dari 360 ribu rakyat Afghan menjadi korban, dan yang paling menderita dari semua itu adalah wanita, anak-anak dan lanjut usia. Jutaan warga Arfghan masih menderita sampai sekarang, bom bunuh diri terjadi dimana-mana bahkan setelah Amerika secara resmi menarik pasukannya dari Afghanistan. Afghan negeri muslim, menjadi negeri yang gagal, sampai sejauh ini.

Tidak bisa dibayangkan, Saudi yang dielu-elukan sebagai Negara islam, pemelihara dua kota suci Islam, justru terlibat konspirasi paling busuk dan menjadi aktor utama dalam peristiwa pengeboman WTC 9/11 yang dilanjutkan dengan penghancurkan Afghanistan.

Sebagai sebuah pretext, peristiwa 9/11 kemudian menjadi dalih bertahun-tahun Amerika untuk menghancurkan Negara lain, dengan alas an melindungi warga Negara Amerika dan asset amerika di seluruh dunia.

Perisitiwa memilukan berikutnya adalah dihancurkan negeri Irak, dilengserkannya Saddam Hussein dengan dalih terlibat peristiwa 911 yang kemudian dituduh pula menyimpan senjata pemusnah massal.

Seperti dilaporkan Christian Science Monitor, Maret 2003 :

In his prime-time press conference last week, which focused almost solely on Iraq, President Bush mentioned Sept. 11 eight times. He referred to Saddam Hussein many more times than that, often in the same breath with Sept. 11.

 

Bush never pinned blame for the attacks directly on the Iraqi president. Still, the overall effect was to reinforce an impression that persists among much of the American public: that the Iraqi dictator did play a direct role in the attacks. A New York Times/CBS poll this week shows that 45 percent of Americans believe Mr. Hussein was “personally involved” in Sept. 11, about the same figure as a month ago.

Tuduhan yang kemudian terbukti palsu. Saddam tidak terbukti memiliki senjata massal dan tidak terlibat pula dengan Osama bin Laden, Alqoida, yang dituduh sebagai dalang peristiwa 9/11.

Tapi Irak yang indah sudah keburu dihancurkan. Lebih dari 500 ribu warga sipil Irak tewas, 1 juta anak-anak balita harus mati kelaparan karena embargo tidak adil Amerika, dan Irak, sampai saat  ini masih diguncang bom bunuh diri setiap hari. Kekerasan sektarian terjadi dimana-mana, ISIS merajalela, penyembelihan dan pemenggalan kepala adalah pemandangan sehari-hari warga Irak. Irak yang merupakan Negara kaya di jaman Saddam Hussein, sekarang menjadi Negara gagal, miskin, terbelakang, hancur, dan semuanya bermula dari peristiwa 9/11 dimana Saudi menjadi salah satu aktor utamanya.

Saudi, negara  yang dielu2kan sebagai Negara Islam, Negara yang tidak boleh dikritik karena memelihara dua kota Suci, negeri dengan julukan 1000 ulama, ternyata tidak lebih dari sebuah Negara bajingan yang jauh lebih banyak membunuh umat islam!

Sumber Berita :

  1. We Still Don’t Know What Really Happened On 9/11’ – Survivor
  2. How US covered up Saudi role in 9/11
  3. Saudi Arabia Warns of Economic Fallout if Congress Passes 9/11 Bill
  4. Saudi Arabia wants US to kill 9/11 bill, threatens to dump US assets worth $750 bn – report
  5. Obama: ‘If we let Americans sue Saudis for 9/11, foreigners will begin suing US non-stop’
  6. Hijackers in the September 11 attacks
  7. Civilian casualties in the war in Afghanistan (2001–present)
  8. The impact of Bush linking 9/11 and Iraq
  9. Casualties of the Iraq War

 

Leave a comment